Indera penciuman manusia atau hidung tersusun atas sel-sel olfaktori yang berperan dalam menangkap bau. Jaringan epitel di bagian rongga hidung atau sinus merupakan jaringan sekretoris yang menghasilkan lendir. Lendir ini berperan dalam melindungi saluran pernafasan dan menangkap partikel seperti bau kemudian melarutkannya.
Keberadaan lendir pada hidung merupakan mekanisme pertahanan terhadap benda asing yang terhirup. Produksi lendir memiliki manfaat yang sinergis dengan bulu hidung dalam menyaring udara yang masuk. Pada saat udara yang dihirup mengandung benda yang membahayakan seperti senyawa kimia, virus atau bakteri, maka tubuh akan merespon dan merintahkan jaringan hidung untuk mengeluarkannya dengan cara bersin atau dengan menghasilkan lebih banyak lendir dengan konsistensi dan warna yang berbeda.
Keberadaan lendir pada hidung merupakan mekanisme pertahanan terhadap benda asing yang terhirup. Produksi lendir memiliki manfaat yang sinergis dengan bulu hidung dalam menyaring udara yang masuk. Pada saat udara yang dihirup mengandung benda yang membahayakan seperti senyawa kimia, virus atau bakteri, maka tubuh akan merespon dan merintahkan jaringan hidung untuk mengeluarkannya dengan cara bersin atau dengan menghasilkan lebih banyak lendir dengan konsistensi dan warna yang berbeda.
Apabila senyawa kimia saja yang masuk ke hidung seperti debu atau serbuk tanaman, maka tubuh akan meresponnya dengan bersin dan peningkatan sekresi lendir secukupnya sampai kotoran tersebut hilang. Tetapi apabila yang masuk dari jenis organisme seperti virus atau bakteri, lendir yang dihasilkan akan lebih banyak.
Virus, seperti virus influenza, dan bakteri adalah mahluk hidup yang dapat berkembang dengan cepat. Apabila sistem imun dalam keadaan lemah, maka respon tubuh akan lambat, sementara perkembangan virus atau bakteri sangat cepat. Akibatnya, jaringan epitel hidung dan saluran pernafasan terinfeksi oleh organisme tersebut.
Penyebab Peningkatan Jumlah dan Perbedaan Warna pada Lendir
Pada awal infeksi, seperti halnya respon sistem imun yang lain, maka tubuh akan melepaskan zat histamin yang merangsang peningkatan produksi lendir bening sebagai akibat dari respon limfosit. Ini berlaku pada semua jenis penyebab infeksi.
Apabila terus berlanjut, ketika virus atau bakteri menginfeksi sel, maka sistem imun akan merespon dengan mengaktifkan sel-sel fagosit seperti neutrofil atau basofil untuk menghancurkan sel yang terinfeksi. Sel limfosit atau basofil ini akan menghancurkan sel terinfeksi dengan cara mencerna dan mengeluarkan enzim tertentu. Sel tubuh dan sel darah putih yang mati serta enzim yang dihasilkan inilah yang menyebabkan warna lendir menjadi kehijauan atau kekuningan.
Selain aktivitas sistem imun, penyebab lain dari perubahan warna lendir adalah kandungan udara. Udara kotor seperti asap kendaraan atau asap pabrik dapat menyebabkan lendir berwarna kehitaman.
Peradangan berlebih akibat infeksi atau karena kebiasaan mengorek hidung, juga dapat menyebabkan pembuluh darah rusak, akibatnya lendir merah karen bercampur darah.
Infeksi bakteri tertentu seperti Pseudomonas pyocyanea, yang merupakan bakteri gram negatif aerob obligat yang memiliki flagella polar, Jika menginfeksi saluran pernafasan, maka akan menghasilkan pigmen nonfluoresen yang berwarna kebiruan. Akibatnya lendir menjadi kebiruan, tetapi tidak semua lendir yang kebiruan merupakan hasil infeksi bakteri ini. Bisa jadi karena menghirup senyawa kimia yang berwarna biru.